#irwanredmont - Alhamdulillah, tahun ini Allah masih
memberikan kita kesempatan untuk bertemu dengan bulan Ramadhan yang mana di
dalamnya seluruh amal kebaikan dilipatgandakan olehNYA. Saat bulan puasa ini,
terlihat banyak sekali hal-hal yang berbeda dengan situasi di luar bulan suci
Ramadhan. Seperti misalnya di saat sore hari akan banyak sekali orang-orang
yang membuka lapak untuk berjualan menu berbuka puasa di pinggiran jalan. Hal ini
boleh dikatakan, bulan puasa mendatangkan banyak berkah bagi orang-orang. Selain
itu, para penjual buah juga semakin bertambah. Mereka meyakini bahwa saat
berpuasa, orang-orang membutuhkan buah untuk dikonsumsi saat sahur yang sangat
bermanfaat untuk menjaga tubuh agar tetap sehat saat menjalankan ibadah puasa. Namun,
tidak bisa dipungkiri, meskipun bulan ini bulan Ramadhan, masih banyak para
pedagang yang tidak jujur dalam berdagang. Seperti pengalam saya kemarin sore. Ketika
saya kembali dari buka bersama dengan teman-teman alumni di kampus saya, saya
memutuskan untuk singgah membeli buah untuk makan sahur. Saat tiba di penjual buah,
saya memilih untuk membeli Jeruk. Saya kemudian menanyakan harga kepada bapak
si penjual buah tersebut dan berniat untuk membeli. “Pak, ini jeruknya manis
sekali!”, kata bapak tersebut. Saya pun memutuskan untuk membeli setengah kilo
saja. Bapak tersebut lansung memasukkan beberapa buah jeruk ke dalam kantongan
hitam dan kemudian menimbangnya. Setelah saya bayar, saya lalu mencoba salah
satu buah yang sudah saya beli tersebut di depan penjual buah tadi. Ketika saya
coba, ternyata rasanya sangat asam sekali, saya secara refleks berkata kepada
bapak, “pak, katanya manis, ini rasanya asam sekali!”. Dalam hati saya berkata,
di bulan suci ini ternyata masih ada saja orang yang lebih memikirkan
keuntungan yang lebih dalam berdagang tanpa memikirkan cara mereka berdagang. Setelah
itu, saya memutuskan untuk kembali ke rumah.
Dalam agama yang kita cintai ini, yaitu
islam, Rasulullah telah memberikan teladan dalam berdagang. Rasul sewaktu
berdagang di negeri Paman Syam, beliau selalu menceritakan odal seadanya. Adanya
aib atau cacat dari barang-barang dagangannya diberitahukan kepada calon pembelinya
apa adanya tanpa ditutup-tutupi. Dengan kejujuran ini konsumen pun puas karena
mendapatkan barang seperti yang dilihat ketika akan membeli. Baik dan buruknya,
sehingga berapapun harga yang dibayar, dibayar dengan standar yang jelas. Dalam
sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, “Penjual dan pembeli mempunyai hak pilih/menentukan (jadi membeli atau
tidak, jadi menjual atau tidak) selama mereka di tempat yang sama dan belum
berpisah)”. Antara pembeli dan penjual, keduanya diminta untuk saling
memaklumi tanpa di dasari kebohongan.
Pengalaman penulis di atas, munkin juga
banyak terjadi dan di alami oleh orang lain. Bisa dikatakan menipu dalam
menjual barang dagangan untuk mendapatkan keuntungan lebih adalah perbuatan
buruk. Rasulullah SAW bersabda, “Penipuan
tempatnya di neraka” (Shahih Bukhari sebagai Hadits judul bab).
Semoga tulisan ini bermanfaat, selama
menjalan ibadah puasa 1437 H. Semoga Allah memberikan RahmatNYA bagi kita semua
dan mempertemukan bukan suci Ramadhan di tahun-tahun berikutnya. Amin.