Breaking News

Pages

About

Blogger news

Saturday 20 May 2017

Catatan si "Pendiam"



Catatan si "pendiam"

Oleh : irwanredmont

Berkelompok. Ada yang duduk tunggal. Sebagian lagi dengan asap rokok yang menyembur kemana-mana. Bergelagak tertawa ikut-ikutan. Tak tahu alasannya apa. Di depan ada yang asik berpuisi sedangkan penonton asik berbincang dengan topik beragam dan teramat panjang yang membuat waktu tak terasa berlalu begitu saja. Tak kala penting, sekitar 80% lengkap dengan gadget di tangan, oh iya mungkin perkiraan saya salah, sekitar 99% penonton dengan gadget di tangan mungkin lebih tepat menggambarkan. Saya sekarang lagi apa? Seperti biasa, meski bersama dengan teman-teman sejawat, namun lebih memilih banyak diam. Jika diam saja lalu untuk apa? Oh begini saya tambahkan, diam dengan mulut tapi mata memutar ke sana kemari mengamati. Ini adalah aktivitas yang selalu menarik dan membuat saya semakin paham. Inilah diri saya yang sebenarnya. Mengamati gerak-gerik dan apa yang mereka lakukan adalah seni yang saya punya dan tak bisa saya hindarkan. Sejujurnya selalu menarik. Bayangkan saja, saat ini saya melihat seorang pemuda berkacamata duduk sendiri dengan gadgetnya, kemudian tertawa begitu keras seorang diri saat sesuatu diucapkan oleh seorang penampil di panggung, pikir saya kemudian, ini cukup menarik. Pikiran saya bercabang-cabang, mulai memanjang dan tak berujung hingga saya kemudian berpaling ke penonton lain yang menarik untuk di amati. Lalu apa kesimpulan dari seorang pemuda berkacamata tadi? Saya tidak akan mengungkapkannya di sini. Karena semua hanya kemungkinan. Namun saya percaya kemungkinan yang saya buat adalah gabungan dari observasi-observasi saya selama ini kepada para penyendiri. Bagaimana dengan yang duduk berkelompok? Situasinya lain lagi, yang paling lazim terlihat, semua pegang gadget. Bergantian menguasai pembicaraan, kadang kala tertawa bersamaan, tapi lebih banyak mengecek sosial media. Topik pembicaraanya apa kira-kira? Tenang, coba kita ulas perlahan. Saya akan mengulas fakta. Soalan pertama pembahasan, kamu datang dengan siapa ke tempat ini? Mungkin teman-teman semua juga sudah tau. Jika datang ke suatu tempat, sudah hal biasa ditanya kau datang dengan siapa? Seorang diri atau membawa teman ataupun pacar. Jika seorang diri, bersiaplah dengan munculnya lelucon sekaligus fakta-fakta bahwa kau memang jomblo istiqomah. Jika datang bersama dengan teman-teman laki-laki, juga bersiaplah dengan lelucon bahwa kaum jomblo lagi mengadakan perkumpulan besar-besaran. Haha. Lalu jika kaum wanita datang dengan sesama wanitanya, maka tidak ada lelucon sama sekali tentang status jomblo atau bukan. Seakan-akan wajar-wajar saja. Aneh bukan? Tapi sudahlah jangan di pikirkan. Lalu apalagi soalan berikutnya yang orang-orang berkelompok ini bahas? Mereka akan membahas semua yang ia lihat, dimulai dari memberi komentar hingga menertawakan apa yang mereka lihat. Lalu apalagi? Selanjutnya adalah soalan pribadi satu sama lain. Cukup panjang pembahasannya. Coba berpindah ke orang-orang yang berdiri berpasangan dengan gadget di tangan. Nampak lengket, bericara pelan, dekat dari telinga masing-masing. Seberapa lama mereka berdiri? Sangat lama dari pandangan saya namun, sepertinya itu waktu yang singkat bagi mereka. Mungkin ini suatu moment penting bagi mereka. Lalu bagaimna dengan kelompok lainnya? Tentu saja ada yang datang sekedar bertemu karena sudah cukup lama tak bersuai. Melepas rindu singkatnya.
Dengan semua ini lalu apa insight yang bisa kita ambil? Kita ini beragam, tiap kita memiliki sudut pandang masing-masing, masalah yang berbeda-beda, kondisi lingkungan yang berbeda, kondisi psikologis yang berbeda,  mari belajar memahami perbedaan, belajar memahami siapa mereka, memangkas budaya judgemental, bergaul dengan batasan, tidak ikut arus karena gengsi melambung tinggi, hiduplah apa adanya, jauh dari kepalsuan, nikmati setiap moment tanpa pikiran negatif di kepala.
Salam damai dari saya!! ✌✌

**ditulis di acara penutupan Makassar Internasioanl Writing Festival (MIWF 2017) @FORT Rotterdam Sabtu, 20 Mei 2017)
Read more ...

Wednesday 25 January 2017

MEMILIH DIAM


Kali ini saya akan berbagi cerita kepada para pembaca semua.  Sesuatu yang saya selalu pikirkan dan tidak pernah lepas dari ingatan saya adalah apakah kita ini lahir, tumbuh, bergaul dan akhirnya mati tanpa adanya momentum yang membuat kita benar-benar sadar tujuan akhir kita ke mana? Saya mungkin tipe orang yang sangat hobi mengamati kepada siapa dan apa saja yang saya temui. Selama ini saya sudah banyak bergaul dengan berbagai macam tipe orang, mulai dari yang sangat pendiam sampai yang sangat banyak berbicara dan tidak bisa diam. Ini adalah cara Tuhan membuat hidup ini lebih berwarna. Karakter orang yang berbeda ini membuat saya lebih banyak merenung lagi.  Mungkin menurut teman-teman semua ini adalah hal yang biasa. Itu jugalah yang kemudian membedakan saya dan Anda kemudian berbeda. Memahami karakter orang itu penting, terlebih kepada siapa Anda berinteraksi. Entah itu teman, sahabat, rekan kerja, maupun orang-orang yang baru pertama kali Anda temui.
Akhir-akhir ini saya sangat senang membaca buku dari Laney yang berjudul The Introvert Advantage. Sebuah buku yang sangat menginspirasi bagi kaum dengan kepribadian Introvert. Beberapa referensi mengatakan orang dengan tipe ini bukanlah teman yang baik untuk orang dengan tipe kepribadian sebaliknya, yaitu ekstrovert. Saya sangat menikmati membacanya karena menurut saya terdapat banyak hal dalam buku tersebut yang benar-benar mirip dengan apa yang saya alami hingga saat ini. Hingga akhirnya saya membacanya sampai habis. Satu hal besar yang saya pelajari dari buku tersebut ialah manusia diciptakan dengan karakter kepribadian yang berbeda dengan keahlian yang Tuhan titipkan juga berbeda-beda. Manusia hanya perlu belajar dari apa yang sudah Tuhan tetapkan dalam diri kita.
Banyak berdiam diri adalah sikap yang paling mudah di judge oleh orang sebagai karakter pendiam dan dianggap sebagai orang yang tidak memiliki semangat hidup. Itu anggapan umum dari kebanyakan orang di sekitar kita. Faktanya, banyak diam bukan berati kita adalah pendiam. Satu hal yang harus teman-teman semua ingat, kadang kala kita diam dengan hanya mengeluarkan kata-kata sedikit saja karena kita tau bahwa mengatakan sesuatu yang tidak benar-benar kita pahami hanya akan membuang banyak energi yang kemudian membuat tubuh kita semakin lemah. Kita tau bahwa tidak semua orang bisa menjaga ucapannya. Hal itupun perlu kita pelajari. Ucapan yang terlanjur keluar tidak akan pernah kita tarik kembali, sama halnya dengan waktu yang telah berlalu yang tidak akan pernah bisa kembali.
Saya sendiri adalah tipe orang yang lebih senang diam. Namun dalam pikiran saya tidak ada sedikit pun ruang untuk berhenti memikirkan sesuatu. Kecuali saat saya benar-benar dalam keadaan tidur. Saya menganggap diri saya sebagai orang yang tidak bisa fokus akibat pikiran-pikiran saya. hampir segala apa yang saya liat dan alami di hadapan saya tidak luput dari dialog-dialog berlanjut dalam pikiran saya. kadang saya merasa mengapa orang lain di sekitar saya begitu mudah melupakan sesuatu hal, tetapi saya justru tidak sama sekali. Seakan semua harus terpikirkan. Itu di sisi lain. Kadang kala, saya begitu antusias mengeluarkan apa yang ada dalam pikiran saya dengan semangat yang luar biasa. Saya di situasi tersebut bukan lagi seorang pendiam. Saya tidak akan berhenti berbicara sampai lawan bicara saya benar-benar bosan terhadap saya. hal ini pun saya sedang pelajari. Tidak semua topik pembicaraan mengundang saya untuk begitu antusias mengeluarkan apa yang ada dalam pikiran saya. Ada topik-topik tertentu yang akan membuat saya rela membahasnya sampai berjam-jam tanpa mengenal waktu. Soal topik tersebut, saya hanya akan memberitahu Anda jika kita bertemu dan memulai pembicaraan.
Apa yang saya alami adalah kumpulan moment yang pada akhirnya selalu membuat saya merenung. Kita begitu unik, begitu sempurna, begitu bearagam. Saya memegang prinsip, berbicara yang membawa manfaat untuk kehidupan selanjutnya adalah prinsip yang wajib semua orang punya. Selain itu mendengarkan orang lain saat berbicara juga adalah adat terpuji. Namun, dengarlah apa yang menurut Anda baik yang bisa mengarahkan anda kepada hal-hal yang baik. Jika menurut Anda hal-hal yang disampaikan orang tersebut saat berbicara dengan Anda hanya lelucon belaka, maka cukup dengar dan Anda silahkan memilih mana yang baik dan mana yang buruk dari tiap-tiap ucapannya. Satu lagi, silahkan sampaikan apa yang benar-benar Anda ketahui terhadap suatu hal yang didasarkan pada fakta, jika tidak tau, maka cukup diam. Itu jauh lebih baik. Kita ciptakan moment yang bisa menuntun kita kepada tujuan akhir kita. Saling menarik kepada kebaikan dan kita akan berkumpul di tempat paling baik di sisi Tuhan kelak.


Read more ...
Designed By